Thrift Shop, Lawan Fast Fashion!

LatihID
4 min readNov 28, 2020

--

Sumber foto: harperbazaar.co.id

Banyak jenis bisnis yang berlangsung sejak lama, dan terus berkembang sampai sekarang. Seperti contohnya bisnis kafe yang semakin ‘menjamur,’ ketika konsumen bisnis tersebut meningkat. Tetapi banyak juga jenis bisnis yang tidak bertahan lama, sempat melejit namanya, lalu beberapa waktu setelahnya menghilang atau menurun popularitasnya. Hal tersebut memang wajar terjadi, ketika inovasi bisnis semakin beragam, dan standar pemasaran sebuah bisnis juga semakin meningkat. Jika suatu bisnis tidak dapat beradaptasi dengan segala perubahan atau kondisi pasar,, tidak mengagetkan jika bisnis tersebut tidak dapat bertahan lama.

Tidak terkecuali bisnis fashion, yang semakin berkembang bahkan melejit. Baik brand lokal maupun luar negeri, semuanya bersaing untuk menemukan inovasi terbaru dalam bidang penjualan, dapat dalam kategori desainnya, pemasarannya, atau proses produksi produk brandnya. Tetapi apakah kamu familiar dengan istilah fast fashion? Dilansir dari zerowaste.id, fast fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil yang memproduksi banyak jenis model fashion dalam waktu yang singkat, dengan bahan baku yang berkualitas buruk (sehingga pakaian tidak bertahan lama). Industri fast fashion juga terkenal dengan tidak memperhatikan dampak buruk pada lingkungan dan buruhnya ketika memproduksi produk-produk fashion-nya.

Sumber: Antara foto/Muhammad Adimaja

Industri fast fashion berhasil melahirkan emisi senilai lebih dari 1.700 ton, dan menyumbang 20% dari limbah air di dunia (katadata.co.id). Selain menghasilkan dampak buruk terhadap lingkungan, buruh produksinya, industri tersebut juga dapat merugikan konsumennya (bisa juga kamu, loh!) yang tanpa sadar meningkatkan jiwa konsumerismenya. Ditambah lagi dengan pemasaran bisnis yang sudah berekspansi ke media sosial, kemungkinan bertambahnya usaha-usaha yang beralih ke industri fast fashion semakin meningkat, karena tergiur dengan perubahan trend fashion yang cepat dan keuntungan finansial yang instan.

Tapi bukan berarti kamu tidak dapat optimis menghadapi kenyataan tersebut, karena sebenarnya ada juga kok bisnis fashion yang berlawanan dengan industri fast fashion, seperti contohnya bisnis Thrift Shop. Thrift shop secara umum memegang konsep slow fashion yang sangat berkebalikkan dengan fast fashion. Sebenarnya jenis bisnis ini sudah ada sejak lama, bahkan sebelum adanya internet. Salah satu tulisan di website harpersbazaar menyatakan bahwa definisi thrift adalah sebuah aktivitas yang yang mengatur keuangan sekaligus menghindari pemborosan (perilaku konsumtif).

Selain dapat menghindari perilaku konsumtif, jika kamu mendirikan bisnis thrift shop, kamu juga secara langsung sudah berkontribusi untuk menyelamatkan bumi dari pencemaran limbah pakaian! Kamu dapat menjual pakaian-pakaian lama atau bekasmu, yang masih layak pakai. Apa saja standar layak pakaianya? Sebenarnya karena berstatus pakaian atau barang bekas, sebenarnya tidak apa-apa jika kamu menjual beberapa produk yang sudah sedikit defect (cacat). Tapi, jangan sampai berbohong atau lupa memberi tahu pelangganmu, ya! Usahakan selalu terus terang jika menjual produk preloved, karena ini juga dapat menentukan kesan yang bagus atau buruk dari pelanggan terhadap toko kamu.

Jenis usaha thrift shop juga dapat kamu buka dan jalani secara fleksibel (kapan saja dan di mana saja), tanpa terbatas harus memiliki toko fisik. Walaupun fleksibel, pertumbuhan atau produktivitas jenis usaha seperti ini sangat bergantung dengan gencarnya pemasaran kamu di media sosial. Memiliki akun media sosial seperti Instagram, Twitter, atau Tik Tok sudah menjadi kewajiban jika usahamu tidak memiliki toko fisik. Kamu juga dapat mengikuti bazaar-bazaar yang biaya registrasi sesuai dengan budget kamu, dan jarak lokasi pelaksanaannya tidak terlalu jauh dari lokasimu. Penjualan lewat marketplace juga dapat kamu lakukan, sehingga semakin banyak orang yang mengenal toko thrift shop-mu!

Untuk target pembeli, kamu dapat menyesuaikannya nih, dengan pakaian-pakaian yang kamu miliki. Jika kamu ingin menjual pakaian yang selama ini kamu pakai, kamu dapat menentukan target pembeli dengan skala/jarak umur yang tidak terlalu jauh denganmu. Sebenarnya, target pembeli produk thrift shop ini sangat fleksibel, tergantung bagaimana kamu maupun pembeli tokomu melakukan mix & match dengan produk-produk yang dijual. Karena produk yang kamu jual juga bisa bervariasi dari baju, sweater, sepatu, topi, jas/blazer, dan produk-produk fashion yang kamu miliki. Kamu juga bisa menjual produk-produk milik keluarga atau temanmu, loh, asalkan jangan lupa minta izin dulu ya! Sudah siap membuat thrift shop milikmu sendiri?

Jangan lupa tetap belajar bisnis maupun pemasaran bisnis digital, untuk membantumu memulai atau memaksimalkan bisnismu. Yuk mulai dari modul-modul di LatihID, ada materi “Berjualan di Marketplace,” “Sosial Media Marketing,” dan lain-lain di sini.

Sampai bertemu di artikel berikutnya!

Kunjungi website LatihID di www.latihid.com untuk mendapatkan akses gratis belajar materi UMKM, juga program menarik lainnya!

Penulis: Samantha Yohana Blessya

Sumber: harpersbazaar.co.id , zerowaste.id , greeneration.org

--

--

LatihID
LatihID

Written by LatihID

A social start-up providing free E-learning platform for Indonesian Small and Medium Enterprise (SME).

No responses yet