Dalam dunia perkuliahan sampai pekerjaan, persaingan terkesan menjadi hal yang mengancam dan menakutkan. Jika kamu tidak dapat mempertahankan kualitas yang bagus di tengah-tengah persaingan, kamu dapat terinjak-injak atau bahkan tertinggal dari orang lain.
Terkadang kondisi persaingan juga diciptakan secara sengaja oleh para perintis usaha, untuk setiap pegawai yang bekerja untuknya, dengan tujuan meningkatkan kualitas pegawainya. Salah satu contohnya adalah dengan menciptakan target individu dalam setiap proyek, setiap pegawai dianggap akan rela bekerja lebih keras, untuk tidak tertinggal dengan pegawai lainnya.
Tidak hanya untuk pegawai, para pelaku usaha juga terkadang mau tidak mau terjebak dalam kenyataan persaingan di pasar usaha, terlebih dengan usaha-usaha lainnya yang berjenis sama atau mirip dengan usaha yang dirintisnya.
Tidak jarang pula, konsumen akan kerap membandingkan satu usaha dengan usaha lainnya, karena menawarkan produk atau jasa yang sejenis atau mirip, tetapi pelayanan dan harganya berbeda-beda tipis.
Pernah dengar dialog-dialog seperti ini? “Hari ini aku mau beli di toko A saja, deh! Soalnya ada promo yang lebih besar dibanding toko B,” atau “Sebenarnya aku suka juga sih naik ojek dari A, tapi tarif ongkos yang B tawarkan lebih cocok di dompetku.”
Dialog atau perbincangan antara pengguna yang berisikan perbandingan-perbandingan tarif harga, promo yang tersedia, sampai jenis pelayanan antara satu usaha dengan lainnya merupakan hal yang wajar. Tetapi terkadang membangunkan persepsi-persepsi juga, seperti apakah usaha-usaha yang diperbandingkan tersebut ingin saling mematikan satu sama lainnya? Dan apakah persaingan di pasar usaha akan selalu berujung persaingan yang tidak sehat?
Tentu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah tidak selalu, dan tidak harus begitu. Persaingan tidak sehat yang dimaksud di sini adalah ketika hasil dari suatu persaingan berujung dengan keinginan saling menjatuhkan, antara pihak-pihak yang bersaing dalam pasar tersebut.
Sedangkan persaingan yang sehat dapat diartikan sebagai persaingan yang tidak menimbulkan rasa ingin menjatuhkan atau mematikan saingan dalam pasar usaha, melainkan saling mendukung dan melengkapi kelangsungan satu usaha dengan lainnya. Aksi saling dukung antara usaha yang berjenis sama atau mirip ini juga dapat menjadi nilai plus yang dilihat para pengguna atau pembeli!
Persaingan sehat ini dapat diwujudkan dengan aksi kolaborasi antara usaha atau toko. Kolaborasi ini dapat berupa penitipan produk atau jasa suatu toko di toko lainnya. Seperti jika kamu menjual produk kerupuk kulit, kamu dapat menitipkan produk tersebut di toko-toko restoran atau penjual makanan ringan lainnya. Pembagian keuntungan atau timbal balik antara kedua usaha dapat kamu selesaikan dengan perjanjian, yang jenisnya dapat disesuaikan.
Kamu juga dapat menggunakan MoU (Memorandum of Understanding) untuk memaparkan perjanjian kolaborasi tersebut!
Selain saling menitipkan produk di toko atau usaha lainnya, bentuk aksi kolaborasi juga dapat berupa penciptaan layanan atau produk bersama. Salah satu contoh kasusnya adalah ketika Taxi Blue Bird bekerja sama dengan perusahaan Gojek. Jadi, ketika kamu membuka aplikasi Gojek sekarang, kamu dapat memesan taxi Blue Bird juga!
Atau contoh lainnya, ketika kamu merupakan distributor produk make up atau riasan di Indonesia, dan kamu berkolaborasi dengan brand make up lainnya. Dapat berupa lipstik, bedak, atau eye shadow. Tentu kemungkinan besar, konsumen dari kedua brand akan tertarik membeli produk karya kolaborasi tersebut!
Aksi kolaborasi ini tidak asing ditemukan di dunia usaha juga pekerjaan. Bahkan di dunia seniman, aksi kolaborasi ini turut dinanti-nantikan oleh penggemar aktor, penyanyi, atau penulis.
Selain menciptakan inovasi baru secara bersama-sama, kolaborasi antara usaha dapat menciptakan kemudahan baru bagi pengguna. Hal ini dapat menciptakan semangat baru juga untuk para pengusaha baru, bahwa persaingan tidak selalu menyeramkan dan mengancam.
Timbulnya banyak usaha tidak berarti usaha kamu akan tenggelam langsung, melainkan usaha kamu dapat saling berlayar di perairan yang sama. Terlebih di masa-masa penuh kesulitan untuk pelaku usaha, seperti salah satunya di era pandemi kali ini. Dibandingkan saling menjatuhkan, para pemilik usaha dapat saling merangkul dan mendukung!
Kunjungi website LatihID di www.latihid.com untuk mendapatkan akses gratis belajar materi UMKM, juga program menarik lainnya!
Penulis: Samantha Yohana Blessya