Di zaman yang serba digital ini, aliran informasi yang tak terbatas bisa kita dapatkan dengan mudah, seperti mengetahui setiap berita dan informasi terkini dari mana saja dan kapan saja.
Apalagi dengan munculnya berbagai macam platform media sosial, siapapun bisa dengan mudah berbagi informasi dan mengetahui aktivitas keluarga, teman dekat, bahkan sampai para selebriti. Ternyata, interaksi di dunia maya yang sangat intens lewat internet dapat memicu sebuah kondisi psikologi yang disebut FOMO.
Kamu pernah merasa takut saat ketinggalan berita yang sedang tren? Atau merasa takut kehilangan kesempatan mendapatkan barang yang sedang nge-hits? Ingin punya barang yang sama dengan yang dipromosikan oleh para influencer kesukaan kamu karena banyak dipakai orang dan merasa kamu juga wajib punya? Jangan-jangan kamu sedang mengalami fenomena yang namanya Fear Of Missing Out (FOMO).
Apa sih FOMO Itu?
Secara umum, FOMO merupakan kondisi psikologi atau gangguan kesehatan mental, di mana seseorang secara terus menerus merasa “takut tertinggal” oleh informasi yang terus berkembang.
Tapi, tahu nggak, sih, kalau dalam dunia marketing, fenomena FOMO ini ternyata dapat dimanfaatkan sebagai suatu taktik untuk meningkatkan penjualan (sales), loh. Para pebisnis menggunakan rasa takut tersebut untuk membuat calon konsumen sesegera mungkin melakukan pembelian. Karena kalau tidak cepat, mereka akan ketinggalan sesuatu, baik itu berupa diskon, barang limited edition, dan lain sebagainya.
Wah, Menarik! Terus Cara Penerapannya Gimana?
Dikutip dari Jurnal by Mekari, menurut Dr. Chris Hodkinsons, salah seorang profesor bisnis dari University of Queensland, strategi marketing FOMO bukan hanya sekedar melihat tren, namun juga bagaimana para pebisnis bisa memberikan pengalaman, waktu yang tepat, keunikan dan juga nilai yang diberikan dalam satu kesatuan.
1. Terapkan Flash Sale
Kalau kamu gemar berbelanja online, tentunya kamu sudah familiar dengan yang namanya flash sale, kan? Sistem penjualan yang satu ini umumnya digunakan di marketplace, tapi tidak jarang juga ditemukan di beberapa e-commerce. Konsep flash sale memberikan tawaran harga produk yang lebih rendah (diskon), dengan jangka waktu yang sudah ditentukan. Dengan produk yang murah tetapi dibatasi oleh waktu dan jumlah produk, maka model penjualan seperti ini berpotensi membuat penjualan semakin tinggi. Psikologi marketing yang diterapkan dalam flash sale ini terkadang bisa membuat kamu menjadi impulsif dan menjerat kamu menjadi boros, karena tidak punya kontrol diri yang bagus dan mudah tergiur diskon walaupun sebenarnya kurang membutuhkan produk tersebut.
2. Tunjukkan Jumlah Stok Produk yang Tersisa
Dengan menunjukkan jumlah stok barang yang tersisa, biasanya seseorang akan jauh lebih mudah terpengaruh, loh. Kamu bisa menggunakan kata-kata seperti ‘Produk A hanya tersisa satu lagi!’. Dengan begitu, jika ada calon konsumen yang sebelumnya masih ragu-ragu untuk membeli, kemungkinan besar akan segera melakukan pembelian saat tahu kalau produk tersebut hanya tersisa sedikit lagi.
3. Beri Keuntungan kepada Pembeli Pertama
Cara yang satu ini terbilang cukup efektif untuk memanfaatkan fenomena FOMO. Para online shop kecil di Instagram atau Facebook sudah sering memberi beberapa keuntungan bagi para pembeli pertama, misalnya saja, memberikan voucher diskon atau item tambahan. Yang dimaksud pembeli pertama bukan berarti satu orang tercepat saja, biasanya diberlakukan sistem kuota saat menerapan cara ini, seperti 10 pembeli pertama mendapatkan voucher diskon extra sebesar Rp5.000,00.
4. Tawarkan Gratis Ongkir Terbatas
Ketika membeli produk secara online, banyak orang berpikir matang-matang sebelum membeli karena biaya pengiriman. Nah, tahu nggak, sih, berdasarkan hasil survey, 9 dari 10 orang mengatakan kalau gratis ongkir termasuk ke dalam beberapa alasan utama mereka untuk memilih belanja secara online.
Jadi bisa diambil kesimpulan, banyak konsumen yang suka berbelanja tanpa harus membayarkan biaya kirim. Gratis ongkir seringkali menjadi faktor terbesar dalam keputusan mereka untuk membeli sebuah produk. Ketika pelaku usaha memberi penawaran gratis ongkir terbatas, kemungkinan calon konsumen untuk segera melakukan pembelian sangat tinggi. Karena jika tidak, mereka akan melewatkan gratis ongkir dan harus mengeluarkan uang lebih untuk biaya pengirimannya.
Jika kamu ingin tahu lebih dalam mengenai strategi psikologi dalam marketing dimulai dari teori hingga tips yang aplikatif, kamu bisa belajar melalui program LatihID Talks (LIT) #13: “Strategi Psikologi Marketing dalam Berbisnis untuk Memikat Konsumen”
Mau tahu jenis strategi marketing lainnya? Jangan lupa baca artikel LatihID tentang strategi digital marketing, ya!
Kunjungi website LatihID di www.latihid.com untuk mendapatkan akses gratis belajar materi UMKM, juga program menarik lainnya.
Penulis: Rismawardani Nooriza
Editor: Samantha Yohana Blessya