Kenali Tiga Temperatur Pelanggan ini, Agar Iklanmu Tidak Di-Skip
Berapa kali dalam seminggu kamu menonton video di platform streaming online seperti Youtube, VIU, WeTV, dan lainnya? Dan berapa kali juga dalam frekuensi tersebut, kamu men-skip atau melewati cuplikan iklan-iklan di sana?
Banyak? Tidak apa, itu wajar-wajar saja, kok. Terlebih jika menurutmu iklan yang dipaparkan tidak menarik juga tidak bermanfaat.
Terkadang saat melihat iklan, para penonton televisi pun menggerutu, karena mereka tidak sabaran menunggu adegan lanjutan dari apa yang sedang mereka tonton. Dari drakor (drama Korea), drama Thailand, India, sampai sinetron Tanah Air. Tapi sebelumnya, kamu sudah mengetahui definisi iklan secara umum, belum?
Definisi Iklan
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), iklan adalah bentuk berita pesanan yang dikeluarkan untuk membuat publik tertarik pada suatu penawaran produk atau jasa. Iklan ini dapat berbentuk banyak hal, disesuaikan juga dengan media promosinya. Apakah televisi, akun media sosial, atau billboard (papan iklan), dan sebagainya.
Mengapa Tidak Semua Iklan Menarik Untuk Dilihat?
Fakta bahwa banyak sekali iklan yang kamu tonton terkesan tidak menarik, dan bukannya ingin membeli produk yang dipromosikan, kamu malah ingin cepat-cepat melewatinya itu dapat terjadi karena beberapa hal. Yang pertama, mungkin karena kamu bukan target dari advertisement (ad) tersebut.
Tapi akan berbeda cerita lagi, ketika tayangan promosi tersebut sudah ditonton oleh beberapa kenalanmu lainnya. Dan ternyata mereka memiliki respon yang sama denganmu setelah menonton tayangan tersebut, bosan dan ingin melewatkannya saja.
Kalau begitu ceritanya, alasan hal tersebut terjadi dapat berubah menjadi: para pelaku UMKM (Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah), atau bisa juga perusahaan iklan, memang salah dalam mengklasifikasikan target penontonnya. Kesalahan tersebut juga berujung ketidakcocokan jenis konten, dengan harapan para audiens. Tidak hanya respon negatif yang dapat dihasilkan dari permasalahan tersebut, kerugian dalam waktu juga energi creator yang membuat konten turut akan hadir.
Lalu, bagaimana cara yang benar dalam mencocokan target audiens dengan konten iklan yang ingin diproduksi? Salah satu caranya adalah dengan menentukan terlebih dahulu, pelanggan dengan status hubungan bagaimana yang ingin usahamu tuju. Hubungan yang dimaksud di sini adalah hubungan seseorang dengan brand/usaha kamu.
Dilansir dari website DigitalMarketer, terdapat tiga jenis temperatur yang dapat menggambarkan tingkatan relationship seseorang dengan suatu brand, bisnis, toko, atau sejenisnya.
1. Temperatur Dingin (Cold)
Dalam temperatur ini, pihak yang dituju adalah mereka yang tidak mengenal bisnis milikmu sama sekali. Bisa dikatakan, mereka bahkan tidak pernah mendengar nama toko/usaha yang akan dipromosikan.
Jika kamu baru bertemu pertama kali dengan seseorang, dan orang tersebut kamu tawarkan barang yang sangat mahal. Apakah ia akan langsung percaya seratus persen denganmu, dan tanpa ragu-ragu membeli barang tersebut? Jawaban tidak pasti akan menjadi mayoritas, dan berangkat dari asumsi itu, seharusnya kamu dapat membangun kepercayaan dulu dengan orang tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menyuguhkan konten, yang kamu jadikan bahan ads usahamu.
Jadi sebisa mungkin, buatlah konsep ads yang bisa memperkenalkan suatu produk atau jasa dengan unik, dan juga mudah dimengerti secara umum. Sehingga tangan para audiens yang masih awam dengan bisnismu, nantinya akan tergerak untuk mengklik link atau profil media sosial (medsos) yang tersedia di suatu iklan.
Beberapa saran ide konsep yang dapat kamu gunakan pada audiens yang ada di tingkatan temperatur dingin ini, dapat berupa: video, poster, atau artikel yang menjelaskan suatu masalah spesifik, yang dapat diatasi dengan produk atau jasa yang bisnismu tawarkan.
2. Temperatur Hangat (Warm)
Jenis hubungan pelanggan pada tahap hangat ini dapat ditujukan pada mereka yang sudah mengenal suatu brand usaha sebelumnya. Pengenalan tersebut dapat melewati medsos, atau bahkan melihat suatu produk secara nyata dan tidak sengaja.
Yang harus ditekankan di sini adalah, orang-orang tersebut memang sudah mengenal profil usahamu. Tetapi mereka belum memutuskan untuk membeli atau mengonsumsi barang yang kamu dagangkan. Kamu tidak boleh menyia-nyiakan ketertarikan atau perhatian sekelompok pelanggan yang sudah memiliki hubungan hangat dengan bisnismu ini.
Konten iklan yang nantinya disebarkan harus dapat meyakinkan mereka untuk mulai memakai produk penawaranmu. Gunakan narasi yang lebih terang-terangan, seperti “Ayo beli sekarang,” atau “Check out sekarang, sebelum barang habis,” dan kalimat call-to-action (memanggil aksi pelanggan) lainnya.
3. Temperatur Panas (Hot)
Sama seperti titel temperaturnya, hubungan konsumen ini dengan suatu jenis usaha sudah panas, alias sudah masuk dalam kategori pembeli. Sama seperti seseorang yang sudah berkali-kali membeli makanan atau minuman di Indomaret atau Alfamart. Ia sudah mengetahui jenis barang apa saja yang ada di sana, dan kira-kira berapa uang yang ia butuhkan saat ingin membeli hal-hal tersebut.
Jika target audiens iklan yang kamu tuju ada di tingkatan temperatur ini, kamu dapat membuat iklan yang dapat membujuk mereka kembali untuk membeli lebih banyak barang, baik secara kuantitas produknya atau frekuensi pembeliannya. Gunakan promo-promo seperti buy 1 get 2, atau gratis 1 barang ketika membeli di bulan kelahiran, dan jenis promo musiman lainnya.
Kamu juga dapat menggunakan email untuk mengirimkan iklan atau promosi pada pelanggan di tingkatan hot temperature ini, untuk mengingatkan mereka yang mulai jarang mengonsumsi tawaran tokomu. Konsep newsletter atau buletin melewati email juga dapat kamu gunakan dalam mengabarkan konsumen-konsumenmu di tingkatan ini, akan kabar, promo, juga produk terbaru dalam bisnismu.
Kunjungi juga: Modul optimalisasi ads dalam berbisnis (akses gratis!)
Website LatihID (www.latihid.com) menawarkan akses gratis belajar materi UMKM, juga program menarik lainnya!
Penulis: Samantha Yohana Blessya